Lompat ke isi utama

Berita

Kebaya : Simbol Keanggunan, Keberanian dan Identitas Budaya

#ayoawasibersama

Kebaya, salah satu pakaian yang memiliki sejarah Panjang di Indonesia, Kata "kebaya" sendiri berasal dari bahasa Arab "abaya", yang berarti jubah atau pakaian.

Setelah kemerdekaan, kebaya diangkat sebagai busana nasional Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 18 Tahun 1972. Serta telah didaftarkan sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO, bersama dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand.

Sebagai bagian dari Indonesia, Bawaslu Provinsi Jawa Timur menetapkan Selasa berkebaya guna merawat dan menggali spirit Warisan Masa lalu. Di Jawa Timur sendiri kita mengenal salah satunya Baju adat Marlena dengan kebaya Merah menjadi simbol perlawanan serta identitas budaya Indonesia.

Bawaslu Kabupaten Jember sebagai bagian dari Bawaslu Provinsi Jawa Timur juga melaksanakan Kegiatan #selasaberkebaya dengan menampilkan 3 (tiga) Srikandi Pengawas Pemilu, Wiwin Riza Kurnia, Ummul Mu'minat dan Devi Aulia Rahim, Ketiganya kompak berkebaya di hari Selasa (10/06/2025) di Kantor Bawaslu Kabupaten Jember.

Wiwin Riza sendiri menyampaikan bahwa  Kebaya bukan sekadar simbol keanggunan, tetapi manifesto keberanian, dalam dunia yang kian diwarnai oleh seragam-seragam birokratis yang kaku, kebaya adalah pernyataan bahwa keindahan bisa beriringan dengan keberanian.

Srikandi pengawas tidak sekadar mengawasi pemilu, tapi juga mengawasi narasi bangsa ini, terutama narasi tentang demokrasi. Ketika kebaya dipakai di tengah hiruk-pikuk politik yang penuh intrik, itu adalah perlawanan simbolik terhadap vulgaritas kekuasaan yang sering kali mencoba membungkam suara perempuan.

Ini bukan soal romantisme budaya semata. Ini soal epistemologi politik. Kebaya adalah simbol pengetahuan, kebijaksanaan, dan keteguhan hati. Ibarat sebuah identitas dan integritas yang digaungkan bahwa perempuan bukan hanya pelengkap namun kami adalah pilar. Dengan kebaya yang kami kenakan, ada martabat, keadilan, dan keberanian untuk berdiri di garis depan. Kami adalah avant-garde demokrasi, pelopor yang tak gentar siap menghadapi berbagai tantangan. Karena setiap lipatan kain kebaya ini tersimpan cerita perjuangan Kartini, Cut Nyak Dien, dan para pahlawan perempuan yang tak pernah menyerah pada penindasan. 
"Kami di sini, dan kami tidak akan membiarkan suara rakyat dikhianati."

Penulis : Ngamme

Editor : Humas Bawaslu Jember